Pendidikan agama adalah salah satu cabang aspek pendidikan yang mayoritas dibutuhkan oleh pribadi beragama. Ia sebagai pedoman hidup dan merupakan salah satu sarana penanaman karakter yang benar. Didalamnya terdapat contoh-contoh karakter agama yang sangat membantu tiap pribadi dalam menghadapi budaya negatif. Karakter yang baik akan memudahkan pengembangan tiap individu dalam bermasyarakat.
Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal ini berkaitan dengan fenomena krisis moral yang terjadi di tengah – tengah masyarakat maupun di lingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas, ketidakadilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelanggaran HAM menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Oleh karena itu saya berkeinginan untuk menjelaskan penguatan karakter siswa dalam keagamaan. Hal in di sebabkan karakter individu sangat berpengaruh terhadap apa yang di terima seseorang sejak masih kecil.
Pendidikan agama sangat efektif dalam segi edukatifnya untuk mempengaruhi pembentukan karakter yang baik. Pembentukan karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat erat hubungannya dengan apa yang diajarkan dalam sisi edukatif pendidikan agama. Agama banyak memberikan pengajaran yang baik dalam membentuk karakter anak, contohnya seorang anak akan bersikap santun terhadap orang yang lebih tua dibanding dia, itu karena agama sudah memberikan kita ulasan mengenai pembentukan karakter yang lebih baik.
Pendidikan karakter bukanlah berupa materi yang hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek. Tetapi pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam semua kegiatan siswa, baik di sekolah, di lingkungan masyarakat, dan lingkungan di rumah melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi dari keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif, atau tes sumatif, yang dinyatakan dalam skor, tetapi tolak ukur dari keberhasilan pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berkarakter, berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif, yang teraplikasi dalam kehidupan di sepanjang hayatnya.
Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan untuk membentuk karakter keagamaan adalah dengan pembentukan kebiasaan yang baik dan meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras. Pembentukan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter seseorang. Maka karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai ini dibangun melalui penghayatan dan pengalaman.
Menurut Ulwah, 2013 ada beberapa metode penguatan karakter siswa dalam keagamaan antara lain, Metode Keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan siswa dari segi akhlak, membentuk mental dan rasa sosialnya. Siswa akan meniru baik akhlaknya, perkataannya, perbuatannya dan akan senantiasa tertanam dalam diri siswa. Secara psikologis seorang siswa itu memang senang untuk meniru, tidak hanya hal baik saja yang ditiru oleh siswa bahkan terkadang siswa juga meniru yang buruk.
Selanjutnya adalah Metode Pembiasaan. Pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Kemudian Metode Nasihat. Nasihat merupakan metode yang efektif dalam membentuk keimanan anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya, hal ini dikarenakan nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam.
Penulis Risman Rivai, Mahasiswa Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Bimbingan Bapak Dr. Arifin Suking, S.Pd., M.Pd.