JARAK.ID (GORONTALO) Titik amblas Jalan sepanjang 100 Meter yang menghubungkan Desa Hutabohu dan Desa Ilomangga Kabupaten Gorontalo, akibat tanggul sungai Alopohu dan badan jalan yang terbawa arus dikeluhkan oleh para warga.
Udin salah satu warga pengguna jalan, mengatakan jalan tersebut baru saja di aspal (Peningkatan jalan) sehingga membantunya untuk transportasi hasil pertanian dan akses para warga baik itu menuju Limboto dan SPN Batudaa.
” Memang jalan ini setahu saya belum lama ini baru saja di aspal. Namun, sekarang aspal itu sudah jatuh dan diperkirakan sudah ada 100 meter yang terbawa oleh arus sungai,” ujarnya.
Lanjut kata Udin, pada saat pekerjaan jalan memang telah dibuat penahan tanggul sementara menggunakan alat berat dan alhasil sekarang sudah harus extra hati – hati ketika lewat di jalan ini.
“Untuk itu perbaikannya diharapkan sesegera mungkin. Karena yang saya khawatirkan itu saat malam hari ketika pengguna jalan belum tahu dengan kondisi jalan yang sudah berlubang dan jangan sampai akan menelan korban,” pintanya.
Selain itu, Citra, salah satu warga yang menjadi was – was terhadap tanggul sungai Alopohu yang semakin lama akan merambat kerumah mereka setelah semua badan jalan itu akan dibawa arus jika penangannya tidak cepat – cepat.
“Tanggul jalan ini dulunya beroncong namun sudah terbawa arus. lalu mereka menggunakan bambu untuk pengutan tanggul saat pekerjaan aspal jalan dan tanggul sementara itu tidak bertahan lama” imbuhnya.
Lebih lanjut, Citra juga mengisahkan, Banjir yang baru – baru saja terjadi di Desa Tunggulo dan sekitarnya, Katanya ditempat ini juga air naik lewat tanggul yang telah membawa badan jalan dan akibatnya beberapa rumah warga juga ikut terendam banjir.
“Kalau untuk jalan itu, Lalu masih jauh dari rumah. Bahkan kalau dihitung jalan itu sudah empat kali pindah dan diaspal karena belum ada miringan sampai dengan saat ini” ungkap Citra, Sambil tak sanggup mengeluarkan air mata, karena khawatir dengan kedua orang tuanya apabila ada air naik dan kesulitan ditengah banjir.
“Makanya kami itu sangat berharap agar segera dibuatkan miringannya. Kalau broncong kami yakin itu tidak akan tahan, Karena yang lalu saja dibawa arus. Sementara untuk saat ini kalau sudah musim hujan pasti kami sudah sangat hawatir jangan sampai akan terbawa arus sungai,” harap Citra, yang saat itu sedang berada di rumah orang tuanya yang jaraknya tidak jauh dari bantaran sungai Alopohu di Dusun 4 Desa Hutabohu.
Sementara itu, Rustam Pomalingo, Kepala Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, menyampaikan, bahwa itu benar sudah ambruk dan jalan itu juga baru saja dilakukan peningkatan jalan menggunakan Dana Pen Daerah. Sedangkan untuk ambruknya jalan itu setelah satu bulan dilakukan pengaspalan.
“Jadi begini, Waktu pengukuran awal, atau survei pertama daripada kondisi jalan ini memang diseblah sisi selatan itu harus ada penguwatan tebing dulu, dan itu Korelasinya dengan Balai Wilayah Sungai, Karena disitu itu wewenang untuk membuat tanggul di sungai Alapohu, wewenangnya dari Balai Wilayah Sungai dan itu sudah kita sampaikan secara tertulis,” terangnya.
Selain itu, Kebetulan proses pekerjaan jalan ini, bertabrakan dengan proses pengajuan tanggul ke BWS. ” Yang ternyata pengajuan tanggul ke BWS terlambat direalisasi. Sementara untuk pengerjaan jalan ini sudah mendesak, karena dananya sudah keluar. akhirnya pekerjaan jalan sudah dilaksanakan,” beber Rustam.
Lebih lanjut, Rustam mengungkapkan terkait pelaksanaan pekerjaan jalan pihaknya menemui pihak konsultan untuk mempertanyakan sekaligus memberikan saran terkait penguatan tebing sungai jika pekerjaan jalan itu tetap dilakukan.
Namun sayangnya saran tersebut malah diabaikan bahkan pelaksana pekerjaan jalan ini malah lempar tanggung jawab.
“Jadi, Saya kasih tau begini, Apakah boleh pihak pelaksana pekerjaan jalan harus membuat tanggul sementara, Katakanlah (Sheet Piles ) dari bahan alami, Seperti Bambu, Yang kemudian bambu itu dianyam mengunakan kawat. Sehingga penguatan tebingnya bagus, lalu kita timbun dengan batu dan pada bagian atas ditimbun dengan sirtu pilihan, Sedangkan untuk penanaman bambu itu harus ada alat, ” ungkapnya.
“Anehnya jawaban dari konsultan, bahwa tanggul ini tidak boleh dilakukan oleh pelaksana pekerjaan jalan. Karena nanti akan tabrakan dengan kewenangan BWS, dan lebih memilih membuat tanggul sementara yang asal-asalan” timpal Rustam, dengan nada kesal.
Kepada awak media, Akhirnya Kepala Desa yang pernah bekerja sebagai konsultan itu, untuk mewakili suara masyrakat di Hutabohu dan sekitarnya kecewa terhadap hasil pekerjaan saat ini.
“Ternyata hari ini pelaksanaan oleh pelaksana pekerjaan itu sangat jauh dari harapan. Harusnya, pemasangan penahan longsor sementara ini, dia bentuknya sheet pile. Sheet Pile itu seperti dinding apakah dia dari besi, bambu yang kontruksinya harus benar – benar diperkuat. Bukannya tanggul yang dibuat itu stengah banjir saja sudah hanyut. Begitu dia kalau tidak ditancapkan dengan benar. Karena jika bambu ini ditancap dengan bagus pasti dia akan tumbuh,” tukasnya.
Akhirnya dengan sedikit penyesalan dan kesal terhadap proses dan hasil pekerjaan, Ia menuturkan bahwa,
“Dapat disimpulkan ambruknya titik jalan itu, karena perencanaan yang kurang dari pelaksana pekerjaan jalan dan koordinasi dengan BWS tidak ada sama sekali” tuturnya.
Sehingga selaku pemerintah desa, Ia Berharap tanggul dan akses jalan ini harus mendapat perhatian khusus dari pihak terkait.
“Kalau tanggul ini sudah berulang – ulang kali disampaikan ke BWS. Namun yang ada, Inilah, itulah tetapi sampai dengan saat ini tidak ada kejelasan,” tandasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas PU, Kabupaten Gorontalo, Romi Syahrain mengungkapkan, terkait penanganan jalan amblas tersebut akan segera di perbaiki.
“Jalan tersebut nanti kita cek langsung dilapangan, Apalagi saat ini jalan itu masih di tahap pemeliharaan, Jadi kita akan minta pihak kontraktor untuk memperbaiki dan mengaspalnya kembali,” ungkap Romi.
Selain itu, kata Romi, pihaknya siap untuk memperbaiki jalan tersebut, namun bagaimana dengan tebing jalan itu merupakan tangggung jawab dari pihak lain dalam hal ini BWS.
“Sebab kita hanya membuat penahan yang sementara untuk menopang dinding tebing sungai tersebut untuk mengaspal kembali jalan itu, Sehingga hal ini nanti akan kita koordinasikan dengan pihak terkait,” katanya.
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, bahwa jalan yang rusak saat ini nanti diusulkan. Sedangkan yang baru saja dikerjakan tetap akan diperbaiki.
“Jadi kita minta kontraktor untuk segera memperbaiki karena jalan tersebut masih dalam proses pemeliharaan,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi 2 Provinsi Gorontalo, nampak tidak ingin mengindahkan keluhan dari warga setempat.
Selain itu, Kepala BWS Sulawesi II Provinsi Gorontalo, melalui salah satu pegawai Unit Pelayanan Rekomtek dan Informasi Publik, Dian kepada awak media menyarankan agar keluhan para warga itu dapat di komunikasikan bersama pak Hidayat, Yakni salah satu pegawai yang membidangi persoalan tanggul di sungai alapohu.
Namun hingga sampai berita ini dilansir oleh awak media, pihak BWS yang telah diberikan wewenang untuk menyikapi permasalahan tersebut, belum dapat memberikan tanggapan dan meminta awak media untuk balik lagi dilain waktu.
“Bapak Hidayat, masih sementara ikut Zoom dan belum tahu jam berapa selesai, Kalau bisa balik lagi,” katanya.
Bahkan ditemui, di saat jam kerja kantor, Jawaban yang diterima oleh awak media tetap mengecewakan dan membuat bingung, apakah BWS
anti terhadap kritikan dan masukan atau bahkan tidak ingin membangun provinsi Gorontalo.** (Safrin)