Selama masa pandemic ini berlangsung tingkat kecemasan meningkat di karenakan rasa takut yang muncul jika terpapar virus tersebut.
Sebuah studi yang terbit dalam jurnal BMC Psychiatry bahwa anak dan remaja dengan pikiran obesisif dan kompulsi mengalam ganguan ocd , kecemasan, dan depresi yang memburuk selama masa pandemi.
Obsessive compulsive disorder sendiri merupakan suatu obsesi ( obsession ) pikiran yang berulang ulang dan konpulsi ( compulsive) perilaku berulang ulang dimana seorang penderita akan melakukan tindakan berulang ulang untuk mengetasi kecemasan yang ada pada diri penderita seperti ketakutnya terhadap kuman yang mengekibatkan seorang terus menurus mencuci tangan terlebih lagi di masa pandemi ini begitu banyak informasi dan berita yang memyebakan penderita ocd mengalami ketakutan ,kecemasan, dan kepanikan yang memperburuk kesehatan mental meraka .ocd akan semakin memburuk jika penderita terus menerus melakukan ritualnya sebagian besar ocd juga disebabakn adanya kerusakan seperti trauma kepala.
Menurut internasional OCD foundation biasanya gejala ocd akan bertahan hingga masa dewasa, oleh karena itu peran dan kepedulian orang tua sangat penting yakni dengan mengajak anak untuk berkosultasi dengan psiketer karna dalam beberapa kasus banyak orang tua yang meyepelekan kesehatan mentalnya dan mengangap bahwa mental ilines hanya sebatas kecemasan biasa.tak hanya OCD pandemic juga berdampak menimbulakan depresi pada mahasiswa remaja menurut penelitian Livian ,Mubin, dan Basthomi (2020) menujukan bahwa penyebab stress mahasiswa selama masa pandemic COVID-19 adaalah tugas pembelajarn.
Tugas pembelajaran menjadi hal wajar dalam dunia pendidikan khususnya maha siswa namun hal ini justru menibulkan masalah psikologis yang memyebabkan depresi tantangan baru dari di kehidupan akademik, keluraga dan sosial ,hal tersebutlah yang menyebabakan menigkatnya depresi bagi mahasiswa serta adanya pembelajaran secara daring juga dapat memicu stress dikaranekan nilai sebagian siswa remaja menurun karana tak memahami materi yang disampaikan sehingga beberapa ramaja mengalami depresi diakabitakan tekanan pemebelajaran daring. kesahatan mental anak tergangau bisa dilihat dari tidak adanya semnagat , nafsu makan berkurang , dan pola tidur yang tergangu oleh kesehatan mental juga sengat penting untuk kelangsungan hidup kita sama seperti kesehatan fisik. Sama seperti ocd depresi jika tidak diobati dpat memgangu aktivitas sehari hari yakni dengan perasaan sedih dan murung dan tambah adanya persaaan terisolasi yang membebani mereka terhadap perubahan hidup akiabt wabah covid-19 yang secar cepat
berdasarkan fakta yang dipaparkan di atas bahwa pandemic berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja kususnya soeorang yang menderita obsseive compulsive disorder yang menimbukan kecemasan berlebihan yang membuat kehidupan sehari hari terngangu dlam beraktivitas setiap saat
dilaporkan pertama kali di wuhan china Pada akhir desember 2019, wabah penyakit yang akhir nya menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia yang mengakibatkan terjadinya lockdown hampir diseluruh wilayah dikarenakan mulai bertambahnya jumlah yang terpapar wabah penyakit. adanya wabah covid-19 juga tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan fisik namuan juga berdampak buruk pada kesehatan mental terutama bagi remaja.
organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa kecemasan atau stress seputar penularan virus dan dampak psikologis dari lockdown dan isolasi diri berkotribusi pada krisi kesehtan mental. covid juga telah mempengaruhi hampir setiap aspek dalam kehidupan ,yakni aktivitas harian terutama remaja muculnya dan penerapan psysical distanching yang membaut para remaja sulit untuk beraktivitas normal yang pada awalnya beberapa mengangap bahwa kesempatan sebagian dari meraka untuk berlibur namun sering berjalanya waktu pandemi semakin berpengruh juga terhadap kesehatan mental dikerenakan stress akibat pengeluaran yang semakin menipis
terlebih lagi jika seorang tersebut mempunyai riwayat obsessive compulsive disorder,
Penulis Arif Zonaldi Kadir, Mahasiswa Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Prendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Bimbingan Bapak Dr. Arifin Suking, S.Pd., M.Pd.