Kecemasan merupakan sesuatu yang membuat seseorang merasa gelisah tanpa tau penyebab yang terjadi, sehingga manusia merasa lemah. Kecemasan merupakan suatu hal yang alami ada pada diri manusia, yang berfungsi sebagai rambu jika dalam taraf yang normal. Tentu saja psikologi sebagai ilmu yang mengkaji aspek psikis manusia menjelaskan pula mengenai kecemasan ini. Bukan hanya kecemasan dalam taraf yang wajar, tetapi juga menjelaskan bagaimana kecemasan menjadi parah hingga tingkat yang akut dan menjadikan seseorang tak dapat berfungsi normal. Padahal Allah menyeruhkan pada hambahnya agar hati tetap pada yang maha kuasa, tetap tenang dan menyerahkan segalanya kepada Allah.
Kecemasan moral muncul apabila seseorang merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral.
Oleh karena itu orang yang memiliki kecemasan moral akan cenderung menghindari apa yang bertentangan dengan moral (Hall & Lindzey, 1993). Berdasarkan konsep tersebut Ali (2007) merumuskan kecemasan moral kepada beberapa aspek yaitu hati nurani, tanggung jawab, kesadaran, tindakan dan lingkungan.
Menurut Freud kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Orang-orang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral di mana mereka dibesarkan (Hall & Lindzey, 1993).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan moral adalah religiusitas. Religiusitas adalah kepercayaan tentang ajaran-ajaran agama tertentu dan dampak dari ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian religiusitas dapat diartikan sebagai kualitas keadaan individu dalam memahami, menghayati ajaran agama yang dianutnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang menginternalisasikan ketaatan dalam beragama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Stuart & Sundeen (dalam Pamungkas, 2011) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :
1) Faktor predisposisi
a). Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif (nafsu)
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang.
b) Teori Interpersonal
Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas, juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan harga diri yang rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan.
2). Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada
kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman
kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan
hubungan interpersonal.
Ada lima aspek religiusitas menurut Glock dan stark (dalam ancok dan suroso 2005) yang memberikan pengaruh terhadap kecemasan moral yaitu aspek keyakinan keagamaan, praktek keagamaan, pengalaman keagamaan, penghayatan keagamaan dan pengetahuan keagamaan.Agama memiliki peranan yang penting, yaitu sebagai pendorong atau penggerak serta pengontrol dari tindakan-tindakan individu untuk tetap bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral dan ajaran-ajaran agamanya.
Religiusitas adalah suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya serta alam sekitar agar sesuai dengan tata cara berperilaku, norma kebenaran dan tata cara peraturan dalam norma agama.
Mahasiswa yang menjadikan religiusitasnya sebagai pertimbangan dalam bersikap dan berperilakunya memungkinkan ia untuk melaksanakan semua konsekuensi dari agama yang tekah diyakininya, melakukuan perintah dan menjauhi segala larangan yang telah ditetapkan oleh peraturan agama dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu Sarwono (2002) mengungkapkan bahwa agama merupakan bagian penting dalam jiwa seseorang yang bisa mengendalikan atau menjadi stabilisator perilaku seseorang tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan kecemasan moral, seseorang yang mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi akan merasa takut berbuat dosa, berbuat pelanggaran norma, karena didalam lima aspek religiusitas tersebut mengajarkan bahwa peraturan-peraturan yang dilarang oleh agama. maka seseorang tersebut akan merasakan kecemasan moral sehingga menghindari hal yang bertentang dengan norma moral dan agama.
Menurut pendapat Djubaedah (2009) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan moral adalah religiusitas. Hal ini seirama dengan penelitian yang dilakukan Ali,(2007) menemukan bahwa ada hubungan positif antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral pada mahasiswa.Pada pendapat (Freud dalam Corey, 2003). orang yang memiliki
kecemasan moral yang tinggi adalah seseorang yang super egonya berkembang dengan baik. Superego adalah nilai moral individu yang urusan utamanya adalah menentukan terhadap suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa yang berpegang teguh dengan religiusitasnya maka akan mendorong dirinya merasakan kecemasan moral sehingga menjadi pribadi yang baik dengan lingkungan sosialnya dan mematuhi norma-norma yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang ada.
Dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki religiusitas yang tinggi akan mempunyai kecemasan moral yang tinggi pula, yaitu cemas jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hal-hal yang tidak baik.
Keberlangsungan hidup bangsa Indonesia ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan remaja masa sekarang. Remaja sebagai generasi penerus bangsa setiap harinya diperhadapkan oleh berbagai tantangan zaman yang mengarah pada turunnya moralitas remaja. Di tengah maraknya perilaku mahasiswa yang menyimpang, tumbuh juga ekspetaksi tinggi masyarakat supaya mahasiswa memiliki perilaku bermoral. Perilaku bermoral mahasiswa secara langsung dipengaruhi oleh tingkat religiusitas mahasiswa. Mahasiswa dengan tingkat religiusitas sedang cenderung ke arah tinggi akan memiliki kecemasan moral yang sedang cenderung tinggi pula. Demikian sebaliknya mahasiswa dengan religiusitas rendah maka tingkat kecemasan moral juga rendah pula. Untuk meningkatkan religiusitas mahasiswa yang berkaitan dengan kecemasan moral perlu alternatif pembinaan moral terhadap mahasiswa.
Penulis Ashar Djunaidi, Mahasiswa Manajemen pendidikan, Fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Bimbingan Bapak Dr. Arifin Suking, S.Pd., M.Pd