Dinamika hidup manusia dalam segala aspek telah dipengaruhi salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan dalam aspek pendidikan.
Selama satu semester terakhir mahasiswa merasakan dampak tersebut dengan mengikuti perkuliahan dalam jaringan (daring).
Pembelajaran online merupakan tantangan baru bagi tenaga guru yang membuat mereka harus menguasai media pembelajaran online untuk melangsungkan kegiatan pembelajaran dan diharapkan mampu berkreasi dalam proses pembelajaran supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal (Mantra, 2020).
Penyebaran virus tersebut menimbulkan era baru di dunia. Semua aktivitas di berbagai sektor menjadi terganggu. Segala hal diupayakan untuk memutus mata rantai penularan. Physical distancing dilakukan sebagai cara untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Tentunya hal ini berdampak pada bidang pendidikan yang mengalami perubahan metode dalam pembelajaran. Sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus mematikan ini, pemerintah menerapkan aturan pembelajaran secara daring.
Pembelajaran yang harusnya dilakukan dengan bertatap muka beralih menjadi pembelajaran online. Pembelajaran online yang bertujuan untuk memenuhi standart pendidikan dengan pemanfaatan teknologi informasi menggunakan perangkat komputer atau gadget yang saling terhubung antara mahasiswa dengan dosen, sehingga melalui pemanfaatan teknologi tersebut proses belajar mengajar bisa tetap dilaksanakan dengan baik (Pakpahan, 2020).
Efektifitas kuliah secara daring ini dapat dilihat dari kacamata lain. Maksudnya, ada beberapa mahasiswa yang tidak merasa terbebani dengan metode baru ini. Mereka merasa kuliah online jauh lebih menyenangkan dibanding kuliah offline karena mereka tidak perlu membuang tenaga untuk pergi ke kampus. Apalagi untuk mahasiswa yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi kampus.
Mereka dapat diam di rumah dan berkumpul dengan keluarga. Jadi mereka dapat dekat dengan orang tua tapi pendidikan tetap jalan. Namun ini hanya dirasakan oleh mahasiswa yang di tempatnya tersedia akses wifi atau memiliki finansial yang cukup untuk membeli paket internet dan di tempatnya kualitas jaringan bagus. Seandainya jaringan di tempat tinggalnya kurang mendukung maka bisa dipastikan mereka akan kesulitan juga.
Kuliah offline atau tatap muka secara langsung memang menuntut kita untuk bangun pagi, bersiap-siap, menaiki kendaraan dan bermacet-macetan pergi ke kampus. Kita juga harus mengatur agenda kita dengan baik, karena untuk pergi ke tempat belajar, tentunya kita harus memperhitungkan waktu ketika dalam perjalanan.
Waktu merupakan hal paling penting dalam sebuah kelas offline. Kita harus dapat memperhitungkan berapa lama perjalanan ke kampus, dan apakah kelas yang kita ambil dapat berpengaruh pada aktivitas penting lainnya dalam agenda kita. Terlebih lagi, pergantian jadwal yang tiba-tiba akan menjadi lebih sulit untuk dilakukan. ini yang menjadi alasan mengapa setiap dosen harus merancang jadwal kelas dari jauh-jauh hari.
Di samping tantangan di atas, kuliah secara offline dapat membuat kita lebih fokus pada saat belajar karena tidak ada hal yang lain akan menjadi distraksi kita. Saat peserta didik datang ke sebuah kelas yang memiliki jadwal yang sudah tetap, ia akan mencurahkan segala perhatian pada kegiatan pengajaran yang sedang ia ikuti.
Tentu saja, berbanding terbalik dengan pembelajaran daring, kita tidak akan menemukan kesulitan serupa pada saat tengah belajar offline. Dalam pengajaran tatap muka secara langsung, guru/dosen juga dapat dengan lebih mudah mengawasi semua murid/mahasiswa dan memastikan bahwa setiap orang memperhatikan pelajaran dengan baik.
Dalam hal ini, kelas offline memiliki kelebihan pada saat proses belajar mengajar—walau sebenarnya, hal ini dapat secara mudah berimbang dengan kelas online jika guru/dosen yang menerangkan mempunyai kompetensi yang sama baiknya, serta secara mudah dapat membangun koneksi dengan para peserta didik yang ia ajar.
Pembelajaran online akan terus dilakukan mengingat belum tuntas nya wabah Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19. Mahasiswa lebih menyukai perkuliahan dilaksanakan secara offline (tatap muka). Perkuliahan secara offline (tatap muka) masih dianggap lebih baik oleh mahasiswa dari pada perkuliahan secara online, karena lebih mudah untuk memahami materi serta mudah untuk melakukan interaksi secara langsung dengan pengajar tanpa ada hambatan jaringan.
Penulis Siti Mardati Mohi, Mahasiswi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Bimbingan Bapak Dr. Arifin Suking, S.Pd., M.Pd