JARAK.ID, GORONTALO__Bergerak 1 kali 24 jam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MM Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo menyampaikan hasil penelusuran terhadap keluhan keluarga pasien yang meninggal dunia yang diduga tidak mendapat pelayanan yang baik saat berobat,
Melalui konferensi pers, yang digelar pada hari Senin (02/12/2024), Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MM Dunda Limboto, dr. Alaludin Lapananda, pertama-tama menyampaikan permohonan maaf kepada pihak keluarga pasien dan seluruh masyarakat Kabupaten Gorontalo atas meninggalnya pasien tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada para awak media yang sering melakukan kontrol terhadap pelayanan rumah sakit, dan Atas nama keluarga besar Rumah Sakit MM Dunda Limboto, kami turut ikut berbelasungkawa serta menyampaikan permohonan maaf kepada pihak keluarga Melanda Uno. Sebab kami juga sudah berusaha dengan semaksimal mungkin melakukan tindakan pelayanan terhadap pasien,” ujarnya.
“Untuk pelayanan pasien, telah kami laksanakan dengan baik, Sudah sesuai SOP. Terkait kondisinya pasien memang sudah sangat buruk ketika masuk ke rumah sakit, Nah seharusnya ketika menemukan gejalanya itu segera dilarikan ke rumah sakit. dan inilah yang akan menjadi salah satu yang harus kita perbaiki kedepan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, Wakil Direktur RSUD MM Dunda Limboto, dr. Andy Naue menyampaikan hasil penelusuran yang dilakukannya bersama tim aduan di RSUD MM Dunda Limboto.
Ia juga menjelaskan secara rinci tentang penyakit yang diderita oleh pasien serta penindakan dan pelayanan yang telah dilakukan oleh perawat dan dokter yang menangani pasien.
Dari hasil penelitian, bahwa pasien saat itu membutuhkan 8 kantong darah trombosit dari darah segar dan masing-masing kantong isinya 100 CC setelah melalui proses penyaringan atau pemisahan oleh UTD rumah sakit.
“Kenapa ditolak 8 kantong darah yang diinformasikan keluarga. Karena yang dibutuhkan oleh pasien bukan itu, tapi trombosit darah atau darah putih. Kemudian Proses pemisahan komponen darah trombosit, plasma, dan serum waktunya itu maksimal 8 jam setelah didonorkan,” ungkapnya.
Selain itu, Andy Naue juga menuturkan perbedaan antara penggunaan darah segar untuk prosedur penanganan kasus DBD yang dialami oleh pasien dan penggunaan darah yang sudah disimpan untuk kasus lainnya.
“Beda kalau misalnya orang melahirkan atau orang perdarahan, itu bisa cari di PMI dan UTD darah yang sudah dua minggu, tiga minggu, bisa dikirimkan kepada pasien yaa,” tuturnya.
Kepala Unit Transfusi Darah RSUD MM Dunda Limboto, dr . Iwan di kesempatan itu juga menambahkan, bahwa untuk ketersediaan stok darah di UTD saat itu kosong.
“Jujur saja dari 50 kantong darah yang kemarin tersedia itu sudah habis, Beda dia dengan obat-obatan yang dengan mudah kita dapatkan. kalau darah itu ada di kita-kita,” tambahnya.
“Alhamdulillah untuk saat ini kita sudah dibantu oleh kelompok yang dari Kecamatan Bongomeme dan Limboto yang memang tiap rutin mereka mendonorkan darahnya,” tandasnya.
Olehnya itu, Ia berharap melalui kesempatan ini dapat melakukan kerjasama dengan semua pihak untuk ketersediaan darah agar tidak habis stok.
(SaLu)